A. Masa Keruntuhan Kerajaan Islam Demak
Perang
saudara di DemakSetelah
Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara
Pangeran Seda ing Lepen dan Sunan Prawoto (putra Sultan Trenggana). Pangeran
Sekar Sedo Lepen yang seharusnya menggantikan Sultan Trenggono dibunuh oleh
Sunan Prawoto dengan harapan ia dapat mewarisi tahta kerajaan. Putra Pangeran
Sedo Lepen yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian
ayahnya dangan membunuh Sunan Prawoto. Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang
juga membunuh Pangeran Hadiri ( suami Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto).
Pangeran Hadiri dianggap sebagai penghalang Arya Penangsang untuk menjadi
sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sunan Prawoto dan beberapa
pendukungnya. Naiknya Arya Penangsang ke tahta kerajaan tidak disenangi oleh
Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir , menantu Sultan Trenggono. Arya
Penangsang dapat dikalahkan oleh Jako Tingkir yang selanjutnya memindahkan
pusat kerajaan ke Pajang.Selain
itu, Raden Patah kurang pandai menarik simpati orang – orang pedalaman, bekas
rakyat Kerajaan Majapahit. Raden Patah juga terlalu banyak menyandarkan
kekuataannya kepada masyarakat Tionghoa Islam. Beliau berkeinginan keras untuk
membentuk negara Islam Maritim. Sehingga mengakibatkan, perhatiannya lebih
dicurahkan untuk pembuatan kapal-kapal di kota-kota pelabuhan demi
pembentukan armada yang kuat. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan
Demak pada tahun 1568.
B.
Peninggalan Kerajaan Islam Demak
A. Demak terletak di sebelah utara dipesisir
laut Jawa bersebelahan dengan Kota Semarang dan laut Jawa di sebelah barat dan
Kabupaten kudus disebelah timur. Di Demak membentang dua jalur lalu lintas
utama yang menghubungkan antar kabupaten di Jawa sebelah utara, jalur di utara
menghubungkan kota Semarang dan Kendal dengan Kudus dan Jepara melalui pusat
Kota Demak. Sedangkan Jalur selatan melalui Mranggen dan Karangawen
menghubungkan Kota Semarang dengan Purwodadi. Berbeda dengan kota-kota yang
telah menjadi persinggahan Petualangan sebelumnya, di Demak mempunyai obyek
petualang yang mempunyai daya tarik tersediri yang lekat dengan petualangan
religi. Tak heran banyak Petualang Religi berkunjung ke Demak untuk sebuah
pengalaman yang menarik, sederhananya disebut dengan Ziarah (makam). Dari berbagai
daerah sepanjang Jawa hingga luar pulau berkunjung ke Demak untuk merasakan
lebih dalam tentang susana religi yang menggugah jiwa.
B.
Sejarah masuknya Islam di tanah Jawa sangat erat kaitannya dengan
Kota Wali (The City of Wali) yang bernama Demak Bintoro. Situs
sejarah yang masih tersisa menyebar sepanjang pusat kota Demak misalnya Masjid
Agung Demak, Makan Wali Songo ( Sembilan ) Sunan Kali Jaga, Makam Raja-Raja
Demak, dan beberapa ormanen yang masih tersisa dari Kerajaan Demak Islam.
Masjid Agung Demak sendiri dibangun sekitar abad ke 14 lebih tepatnya sekitar
tahun 1466 masehi ( 1388 saka / penanggalan jawa), hal itu bisa dilihat dari
sebuah prasasti yang ditemukan bernama prasasti Sengkala yang berbunyi “Naga
Mulat Salira Wani” berbentuk gambar bulus/penyu, kemudian
prasasti yang kedua berbunyi Kori Trus Gunaning Janmi yang bermaksud
pada tahun 1477 Masehi diadakan perluasan masjid pada bagian kadipaten.
Perluasan tersebut ketika Raden Patah menjadi Adipati Natapraja di Glagahwangi
yang masih dalam kekuasaan Majapahit.
C.
Kemudian dalam prasasti ketiga (Sengkala Memet)
yang bertuliskan Sariro Sunyi Kiblating Gusti bermakna pada tahun 1479
Raden Patah telah menduduki menjadi raja Demak Bintoro dan Masjid Agung Demak
dipugar dan dijadikan Masjid Kesultanan Bintoro Demak. Dalam pembangunan Masjid
Agung Demak, ternyata menyimpan banyak simbol filosofi yang dimasukan dalam
bangunan arsitektur dan ornamen Masjid. Bagunan dengan bentuk persegi 4 (empat)
dengan 4 (empat) buah sudut serta mempunyai 4 (empat) buah saka guru / tatal
(pilar tengah) sebagai tiang penyangga atap masjid, dimana setiap pilar terbagi
menjadi 3 bagian sambungan kayu (atap susun tiga) mempunyai makna bahwa Wali
menganut imam 4 madhzab yang salah satunya cenderung pada madhzab Imam Syafi’i.
Bangunan atas berbentuk limas piramida susun 3(tiga) yang biasa orang menyebut
dengan nama gunungan, yang bermakna bahwa islam di Demak (wali)
menjalankan agama bersumber pada Iman, Islam dan Ikhsan. Kemudian bangunan
bagian atas atau mustaka diartikan bawah puncak kekuasaan tertinggi
hanya pada Alloh swt.
D.
Dibagian dalam masjid terdapat beberapa bangunan yang
menjadi cagar budaya, tidak terkecuali bangunan masjid sendiri. Maka tidak
heran apabila saat ini pengunjung/ jamaah masjid termasuk yang berdziarah
dilarang untuk mengabadikan dalam bentuk foto ornamen dan beberapa artefak
bagian masjid seperti pengimaman/ mihrab, saka tatal 4 buah, kholwat maksurah,
serta dampar kencana (tempat khatib). Saka tatal adalah 4 pilar utama yang ada
dibagian dalam Masjid Agung Demak, masyarakat memberikan nama saka tatal kerena
pada setiap bagian dalam pilar terdapat kayu-kayu yang dimasukan untuk
menguatkan pilar (tatal). Namun saat ini tiang tatal (pilar ) yang ada Masjid
Agung Demak tidak lagi merupakan pilar asli penginggalan kerajaan Demak,
keempat pilar yang ada sekarang merupakan duplikat dari pilar utama peninggalan
Wali. Petualang bisa melihat pilar yang asli yang masih disimpan di Museum
Masjid Agung Demak yang berada di sebelah Masjid.
E.
Dibagian serambi Masjid Agung Demak juga terdapat
pilar-pilar yang menguatkan bangunan bagian luar, pilar tersebut berjumlah 8
(delapan) dari kayu jati yang berukiran ormenan gaya Majapahit dengan tumpuan
ukiran batu adesit yang menarik. Dalam sejarahnya, kedelapan pilar ini
merupakan hadiah dari Majapahit ketika Raden Patah diwisuda menjadi Adipati
Notoprojo, saat itu Majapahit dipegang oleh Brawajiaya V. Pemugaran dan
peluasan Masjid Agung Demak terus dilakukan hingga abad ke 20. Tercatat, ada
sekitar 10 kali Masjid Agung Demak direnovasi hingga diperluas di tambah
beberapa arsitektur tambahan. Misalnya pada tahun 1804 dibangunlah gapura depan
setinggi sekitar 20 meter, saat itu dilakukan oleh KRM Tumenggung Aryo
Purbaningrat. Pada saat itu, bentuk gapura Masjid Agung Demak tidak seperti
yang sekarang, ada atap yang menaungi gapura (gapura sekarang tidak ada
atapnya). Ditahun yang sama, dibangunlah tempat sholat khusus untuk jamaah
perempuan. Pada tahun 1885 dibangunlah serambi yang menghubungkan antara gapura
masjid hingga depan masjid (pintu gledeg/petir) yang disebut dengan
tratag rambat.
F. Pada awal pembangunan Masjid Agung Demak,
tempat wudhu terletak di depan Masjid, sekarang tempat tersebut bernama situs
kolam wudhu bersejarah, namun sekitar tahun 1924 dibangunlah tempat wudhu yang
berada di samping kanan dan kiri Masjid. 2 (dua) tahun setelahnya, dibangunlah
menara Masjid Demak yang terbuat dari material besi. Menara tersebut digunakan
untuk adzan, proses pembangunan sendiri dipimpin oleh K.H Abdurahman. Dan pada
tahun 1964, oleh gubernur Jawa Tengah Masjid Agung Demak dilakukan pemugaran
besar-besaran yang meliputi gapura, tratag rambat dan tandon air hingga ornamen
dan bentuk masjid sama seperti keadaan sekarang.
G.
Situs Kolam Wudhu bersejarah merupakan tempat wudhu yang
pertama dibuat ketika Masjid Agung Demak berdiri. Letaknya dibagian depan
berguna untuk memudahkan Wali dan Jamaah ketika akan masuk masjid dianjurkan
untuk melakukan wudhu dahulu. Kolam wudhu tersebut mempunyai luas ±
75 m²dan mempunyai kedalam air 3 meter. Sekarang kolam wudhu tidak lagi
dipergunakan untuk tempat wudhu dan dijadikan situs bersejarah yang dikelilingi
oleh pagar besi. Petualang hanya bisa melihat dari luar pagar tanpa bisa
melakukan wudhu. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 1978, dimana pekerjaan
difokuskan pada penataan halaman masjid, memasang penerangan, memperbaiki akses
jalan masuk ke masjid, menanam beberapa tumbuhan peneduh dan aliran listrik
untuk dipergunakan oleh Masjid Agung Demak.
H.
Bangunan lain yang sangat berkesan ketika Petualang datang
ke Masjid Agung Demak adalah menara adzan. Menara ini dibuat dengan mengunakan
bahan material besi. Berbeda dengan menara-menara masjid yang dibuat pada tahun
yang sama ketika masjid didirikan, seperti Masjid Menara , Masjid Agung Kauman
Semarang, Masjid Sekayu Semarang dan Masjid Agung Banten Lama. Kesemuanya
dibangun tidak lama setelah masjid dibangun. Sementara bahan bangunan bukan
terbuat dari besi semua namun berupa tembok. Menara Masjid Agung Demak dibuat
pada tahun 1926 (sementara Masjid dibangun pada tahun 1466), proyek pembangunan
dipimpin oleh seorang penghulu bernama K.H Abdoerrochman dengan gaya arsitektur
berukuran 4 x4 m²dan mempunyai ketinggian 22 meter. Untuk arsiteknya
dilakukan oleh N.V Lyndetives Semarang pada masa pemerintahan Bupati Demak
bernama RAA Sosro Hadiwijaja.
I.
Selain berkunjun untuk menikmati wisata religi dan ziarah,
Petualang bisa menyempatkan untuk membeli cinderamata khas demak yang kental
dengan nuansan Islam. Juga beberapa buah yang memang menjadi icon Kabupaten
Demak yaitu Belimbing
Demak. Pasar Kriya Masjid Agung Demak hanya terletak sekitar 5 menit
berjalan kaki ke arah utara Masjid, atau dekat dengan parkir bus. Paling mudah
ketika Petualang ziarah memasuki area makam, maka ketika keluar langsung menuju
pasar kriya Masjid Agung Demak. Beberapa cinderamata dan pernak-pernik yang
jual seperti peci, kopiah, kaligrafi, sejadah hingga tasbih. Gantungan kecil
dan menarik juga tersedia di pasar tersebut. Jangan lupa untuk menawar harga
semurah sesuai kondisi barangnya.
Terima kasih :)
http://www.panoramio.com/photo/130620736
BalasHapushttp://www.panoramio.com/photo/130591787
BalasHapusPorselen tua di dinding masjid agung demak
BalasHapushttp://www.panoramio.com/photo/130593579